Pengalaman Bahasa Bali.

Pengalaman Bahasa Bali.

      Om swastiastu, rahajeng semeng, kenken kabare ?.  Yaaps, itulah kata sapaan yang sering saya dengar ketika berkunjung ke Bali untuk yang kesekian kalinya. Bali, sebuah pulau yang berada di sebelah timur pulau jawa dan sebelah barat dari lombok. Pariwisata dan budaya merupakan sebuah kesatuan yang sangat mempesona.  Tak akan merasa bosan ketika setiap langkah menyusuri jalanan yang ada. Kiri kanan kulihat saja banyak bule bule tua maupun muda ( “ooopps hehehe” ) yang dari Asia dan lokal juga ada. 
     Mata, hati dan pikiran serasa dimanjakan untuk waktu yang lama ketika berada di sana, karena pesona dari desa yang sangat luar biasa. Untuk kedatangan yang kesekian kalinya ini, saya lebih sering berada atau pun melewati pedesaan yang ada di Bali dari pada berada di pusat kota. Kenapa ?, karena kunjungan saya kali ini bukan hanya untuk wisata saja melainkan sekalian untuk bekerja. Ya ibarat kata sambil menyelam minum air ( “heheh” ), selagi di Bali tho.
     Dalung dan Dawas seingat saya ( maaf jika salah kata ), kedua tempat ini sangat membuat saya terhanyut kedalam suasana. Walaupun tempat ini berada dekat dari Denpasar, karena masih di pinggir pusat kota. Namun entah kenapa saya terpesona dengan tempat ini. Mungkin saja karena suasana desa jawabanya. Sepintas di dalam benak pikiran saya terucap kata ( “ ini baru di pingir kota “ ), lantas bagaimana dengan desanya ?.
     Trisandya, setiap pagi pukul 6 WITA. Di setiap Pure dan televisi pasti ada. Entah kenapa ketika saya mendengarkannya dan melihat panorama sawah, serasa membuat semangat sebelum saya melakukan aktivitas sepanjang hari. Seiring dengan berjalannya waktu, ketika usai bekerja saya sempatkan untuk berjalan-jalan menelusuri Dalung. Selang beberapa langkah saya menemukan sebuah pasar atau apalah sebutannya namun itu bukan Mall.
     Setelah berkeliling untuk melihat lihat, karena situasi dan kondisi sampailah di warung lalapan atau yang serig di sebut sebagai warung pecel lele sebagai tujuan saya. Saat itu pelangan yang datang tidak terlalu ramai. Setelah pesanan saya matang kemudian diantarkan oleh pelayan, tiba-tiba sesuatu terjadi. Si pelayan dengan ekpresi senyuman manisnya berkata.
   saking napi “, seketika kaget dengan muka polos tak terduga dan tak di sangka, dalam hati saya berkata “ buset thu cewek, emang gua salah apaan sampai di bilang napi ”.
Seketika pula raut wajah dari si pelayan berubah ketika melihat saya kaget, dengan raut muka dan senyumannya yang manis ia pun meminta maaf dan menjelaskan apa artinya. “ saking napi “, artinya ialah dari mana, yang menunjukan asal daerah.
Setelah saya menjawabnya, ternyata belum usai di situ saja. Ia pun kemudian kembali bertanya lagi “ sampun mekelo di bali ”. Dalam hati saya terucap “ lha buseet apaaan lagi thu mekolo “. Ia pun kembali tersenyum manja dan menjelaskan artinya, yakni sudah lama di bali. 
https://babamaybaba.blogspot.co.id/2017/07/pengalaman-bahasa-bali.html     Setelah selesai dengan urusan makan lanjut pulang untuk aktivitas keesokan harinya. Di esok harinya setelah selesai dengan kerjaan lanjut lagi menelusuri daerah Budug, kemudian masuk ke daerah Canggu dan Seminyak untuk melepas lelah. Setelah segala kerjaan selesai, sebelum balik Jogja saya menyempatkan untuk menggunjungi pantai Sanur. Bagi saya pantai Sanur bukanlah pantai biasa karena di sana saya mempunyai banyak kisah dan cerita.
     Singkat kata, postingan kali ini merupakan sebuah pengalam pribadi saya ketika di Bali. Bahasa dan Dialek, menjadi pengalaman terbaru yang saya dapatkan ketika berkunjung untuk kesekian kalinya di Bali. Keragaman di nusantara  merupakan aset dan warisan yang harus di lestarikan, sebab dapat menjadi suatu kebanggaan bagi kita semua di mata dunia. Salam lestari, Rahajeng Rauh, Matur Suksma.


Baca Juga Hal Menarik Tentang :



Comments

Popular posts from this blog

Special processed from Tempe, what is it?.

Manusia Dan Teknologi.

Manfaat Teknologi.